Memahami Pola Gen Z: Generasi Serba Instan dan Tidak Mau Rugi?

Diskusi tentang Generasi Z (Gen Z) selalu menarik perhatian. Kini, kita melihat mereka mulai memasuki dunia kerja meskipun di tengah gelombang PHK. Kehadiran mereka menimbulkan perbedaan signifikan dibandingkan generasi sebelumnya, terutama dalam hal sikap dan pendekatan terhadap pekerjaan serta konsumsi.

Tantangan di Dunia Kerja

Gen Z, yang jumlahnya sangat besar, mulai memasuki dunia kerja dengan berbagai cerita menarik. Sebuah kisah menggambarkan seorang karyawan Gen Z yang tidak masuk kerja karena kucingnya sakit. Hal ini mencengangkan banyak senior yang terbiasa dengan alasan ketidakhadiran seperti sakit parah atau urusan keluarga. Perbedaan ini menunjukkan bahwa Gen Z memiliki pendekatan yang lebih terbuka dan jujur tentang alasan pribadi mereka.

Generasi ini juga dikenal tidak loyal dalam pekerjaan. Banyak dari mereka berhenti bekerja setelah beberapa minggu atau bulan. Alasan sederhana seperti “saya mau berhenti” sering terdengar. Generasi ini lebih merasakan dan mempertimbangkan apa yang mereka inginkan daripada berusaha keras untuk menjadi karyawan teladan.

Pandemi juga mempengaruhi Gen Z, membuat mereka lebih sensitif dan cenderung mengekspresikan perasaannya melalui tindakan langsung. Mereka sering kali cepat berpindah kerja jika merasa tidak cocok.

Budaya Konsumsi Gen Z

Dalam hal konsumsi, terdapat dua budaya utama yang perlu dipahami oleh para pemasar: budaya on-demand dan budaya switching. Kedua budaya ini saling terkait dan mencerminkan perilaku konsumsi Gen Z.

On-Demand Culture

Budaya on-demand muncul berkat teknologi yang memungkinkan pengusaha untuk menangkap dan menganalisis data perilaku konsumen secara real-time. Hal ini memungkinkan segmentasi yang lebih spesifik, yaitu segmentasi perilaku. Misalnya, sebuah produk bisa direkomendasikan kepada konsumen sebelum mereka menyadari bahwa mereka membutuhkannya. Teknologi seperti machine learning memungkinkan perusahaan memberikan rekomendasi produk yang sesuai dengan perilaku konsumen, menciptakan pengalaman yang lebih personal.

Contohnya, dalam industri sampo, kini kita bisa melihat produk yang dirancang khusus untuk berbagai jenis rambut dan kebutuhan, seperti sampo untuk pria dengan rambut lurus atau perempuan yang berhijab. Pendekatan ini memungkinkan penciptaan ceruk pasar yang lebih kecil dan spesifik, yang sebelumnya sulit dilakukan karena produksi massal yang lebih ekonomis.

Switching Culture

Budaya switching mencerminkan kemudahan Gen Z dalam berpindah dari satu produk atau layanan ke yang lain. Dengan banyaknya pilihan dan rendahnya biaya switching, generasi ini cenderung tidak loyal. Misalnya, dalam hal transportasi, mereka lebih memilih layanan on-demand seperti ride-hailing daripada memiliki kendaraan sendiri.

Hal ini juga terlihat dalam hal perumahan dan barang-barang lainnya. Gen Z lebih memilih aksesibilitas daripada kepemilikan permanen. Mereka merasa tidak perlu memiliki mobil atau rumah besar yang memerlukan banyak biaya perawatan dan komitmen jangka panjang.

Ekspektasi Tinggi dan Algoritmic Marketing

Gen Z memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap kenyamanan, kecepatan, dan harga. Mereka tidak mentolerir konsep one-size-fits-all yang biasa diterapkan oleh generasi sebelumnya. Untuk memenuhi ekspektasi ini, perusahaan perlu menerapkan marketing algoritmik yang bisa memberikan layanan yang personal dan cepat.

Marketing algoritmik menggabungkan data dan algoritma untuk memberikan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan individu. Hal ini memungkinkan produk dan layanan menjadi lebih relevan dan menarik bagi Gen Z.

Penutup

Gen Z adalah generasi yang serba instan dan tidak mau rugi. Mereka mengutamakan kenyamanan dan fleksibilitas dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam pekerjaan maupun konsumsi. Untuk dapat menarik perhatian dan loyalitas mereka, perusahaan perlu memahami dan menerapkan budaya on-demand dan switching. Dengan demikian, mereka bisa menciptakan produk dan layanan yang sesuai dengan ekspektasi tinggi generasi ini, sambil tetap mempertahankan relevansi di pasar yang terus berkembang.

Putar Audio Memahami Pola Gen Z: Generasi Serba Instan dan Tidak Mau Rugi?