Daerah

Suku Andio Tampilkan Ritual Syukur Panen di Festival Lipu Celebes: Mongkaan Pae Bu’o Jadi Simbol Kearifan Lokal Banggai

Luwuk.today, Masama – Ritual adat Mongkaan Pae Bu’o, tradisi syukuran panen padi masyarakat agraris suku Andio di Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai, menjadi sorotan dalam rangkaian 2nd International Festival Lipu Celebes 2025. Acara yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai ini menampilkan ungkapan syukur atas hasil panen melimpah, sekaligus memperkenalkan kearifan lokal kepada delegasi internasional.

Festival Lipu Celebes 2025 diikuti oleh delegasi dari empat negara—Estonia, Filipina, Meksiko, dan Korea Selatan—serta empat kabupaten tetangga: Morowali, Buol, Toli-Toli, dan Tojo Una-Una. Ritual Mongkaan Pae Bu’o diawali dengan prosesi Mutia Pae, yaitu pembacaan mantra mustika padi di lahan sawah, sebagai simbol harapan agar tanaman berikutnya tumbuh subur.

Dalam pelaksanaannya, setiap keluarga membawa beras atau padi baru panen untuk dimasak bersama. Sebelum disantap, pemangku adat melakukan ritual penghormatan kepada leluhur dan alam sebagai sumber kehidupan. Nilai-nilai syukur, kebersamaan, gotong royong, dan penghormatan terhadap alam tercermin kuat dalam tradisi ini, yang menjadi cermin semangat hidup suku Andio.

Mewakili Bupati Banggai, Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yulfia Mangendre menyampaikan komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) Banggai untuk melestarikan budaya lokal. “Tradisi Mongkaan Pae Bu’o bukan hanya sekadar ritual, tetapi perwujudan nyata kearifan lokal yang perlu kita lestarikan,” ujar Yulfia saat membuka festival di halaman Kantor Camat Masama, Kamis (13/11/2025).

Camat Masama Hidayat Dulu mengucapkan terima kasih atas kesempatan ini, karena tradisi suku Andio bisa disaksikan langsung oleh tamu internasional. “Pemerintah Kecamatan Masama akan terus mengembangkan budaya lokal yang menjadi visi misi Bupati Banggai yakni Gerbang Berbudaya,” katanya.

Suku Andio, sebagai suku minoritas yang mendiami lembah Gunung Tompotika, hanya tersebar di dua dari 14 desa di Kecamatan Masama. Meski minoritas di antara suku asli Banggai lainnya—Saluan, Balantak, dan Banggai—eksistensi mereka kini telah diakui oleh Pemda Banggai. Festival ini tidak hanya memperkaya acara internasional, tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal di tengah globalisasi.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button