BeritaIslamWahdah Islamiyah

Percaya Diri Modal Dalam Berdakwah

Seringkali alasan orang tidak mau berdakwah karena kurang percaya diri. Kurang percaya diri ini pun muncul karena beberapa sebab, diantaranya, alasan masih kurangnya ilmu, masih ada yang lebih senior, apalah daya kita hanya alumni tarbiyah, sementara masih banyak alumni pesantren dan alasan lainnya.

Konsep yang sering di dendangkan dalam agama ini, adalah percaya diri dalam segala Hal, meskipun tanpa menghilangkan esensi dari ketawadhuan.

Dalam kehidupan Nabi sebagai seorang Basyar (Manusia), Nabi adalah seseorang yang di kenal dengan Ummiyun (Buta Huruf dan tidak bisa menulis), namun ini bukan Aib bagi Nabi.

Dengan keyakinan terhadap kebenaran yang Allah wahyukan, Nabi tetap berdakwah ditengah-tengah masyarakat bahkan menjadi Rujukan semua para sahabat, padahal diantara Mad’u (target Dakwah) Nabi, ada orang-orang cerdas dan bahkan pembesar-pembesar kaum.

Karakter Besar yang Nabi wariskan ini seharusnya menjadi nikmat besar yang harus segera di ambil oleh setiap Pengikut Nabi Muhammad, bahwa “Percaya diri” adalah modal utama Untuk berdakwah.

Saat Khalifah Umar bin Abdil Aziz di Lantik pertama kali menjadi Amirul Mukminin, datanglah delegasi-delegaai dari berbagai negeri untuk menyampaikan ucapan selamat serta harapan kepada Khalifah, maka Khalifah pun mempersilahkan para delegasi itu bicara dan dipersilahkan orang yang lebih tua.

Saat menyadari bahwa yang dipersilahkan bicara hanya orang tua, seorang anak kecil yang juga merupakan delegasi intrupsi kepada Khalifah untuk izin bicara, Namun Khalifah tidak menggubrisnya dan tetap mempersilahkan orang-orang tua yang berbicara.
Sentak kagetlah Khalifah ketika anak kecil itu berkata :
يا أمير المؤمنين، إنما المرء بأصغريه: قلبه ولسانه، فإذا منح الله عبده لسانا لافظا وقلبا حافظا فقد أجاد له الاختيار، ولو أن الأمور بالسن لكان ها هنا من هو أحق بمجلسك منك
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya seorang hamba tergantung pada dua anggota tubuh kecilnya, Lisannya dan Hatinya, ketika Allah telah berikan dia lisan yang dapat berucap, hati yang dapat menerima Ilmu, maka dia berhak untuk memilih bicara atau diam.
Andaikan setiap urusan ditentukan dengan umur (yang lebih tua yang berhak) maka sepantasnya yang berhak duduk di singgasana itu adalah yang lebih tua dari anda”

Mendengarkan kalimat ini, Amirul Mukminin sadar bahwa bukan persoalan umur tapi apakah mampu atau tidak.

Pelajaran yang menarik ditampakkan oleh anak kecil itu adalah, ketika kita telah mampu untuk melakukan sesuatu maka mewujudkan itu butuh percaya diri agar berani untuk tampil menyatakan pendapat.

Lebih jelasnya, mati coba perhatikan Hadits Nabi yang sudah sangat populer dalam ingatan kita, mungkin sedikit aneh tapi tidak berlebihan kalau kami menyebutnya “Hadits percaya diri”. Yaitu perkataan Nabi :
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikan Dariku Walau hanya 1 ayat?”

Dalam hadits ini, Nabi Tidak memberikan standar maksimal, namun meletakkan kemampuan pada standar minimal, yaitu satu ayat? Tujuannya apa? Yaitu supaya kita bisa “Percaya Diri”. Bahwa dalam berdakwah, tidak mesti memiliki hafalan yang banyak (meskipun itu penting) tapi dengan 1 hadits pun kita sudah harus percaya diri dalam berdakwah.

Yaa Allah tegukan kami diatas jalanmu…

Akhuukum Fillah
Ustadz Abdullah Daud, SH

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button